JAKARTA (voa-islam.com) – Ketua Presidium Majelis Kedaulatan Rakyat
Indonesia (MKRI) Ratna Sarumpet yang hadir dalam Diskusi “Mengatasi
Terorisme Tanpa Teror” di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta, Kamis
(11/4) mengaku tidak suka dengan kebrutalan Densus 88 yang menzalimi
umat Islam di Poso.
Ratna menegaskan, yang terpenting saat ini bukan hanya membubarkan Densus 88, tapi mencari tahu siapa otak dibalik Densus 88 itu. “Kita harus tahu, siapa yang memiliki gagasan untuk merekayasa adanya teroris,” kata Ratna sambil membagi-bagikan video membongkar Densus 88 yang ia dapatkan di Belanda.
Dalam diskusi tersebut, Ratna sempat menunjukan sebuah keping video berisi kekerasan yang diduga dilakukan oleh Densus 88, termasuk seputar aliran dana asing yang masuk satuan brutal ini.
Dia mengaku mendapatkan video tersebut dari Belanda, dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, agar bisa dimengerti oleh masyarakat Indonesia. Sebanyak 3000 keping CD itu, sudah sebar ke sejumlah pesantren dan gereja-gereja, dan lapisan masyarakat lainnya.
Ratna yang merupakan muallaf itu mengatakan, setiap pemeluk agama (manapun) memiliki kelompok fundementalis. Tapi ketika ada fundementalis Islam, lalu direkayasa dengan isu teroris untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dari pihak asing (proyek), tentu ini menjadi persoalan besar.
“Sebagai muslim, bagi saya, ini persoalan bangsa, negara, bahkan pribadi. Ketika umat Islam sebagai mayoritas dihina dan difitnah, saya terganggu,” kata Ratna yang tak rela ulama dibunuh dan umat Islam terus menerus dizalimi ole negara.
Ratna yang asli Tarutung, Sumatera Utara ini yakin, 80 persen isu terorisme merupakan rekayasa negara. Bahkan konflik antara agama yang terjadi di negeri ini juga merupakan rekayasa negara. “Jadi, ini bukan semata Densus 88 saja, tapi siapa yang menjadi penggagas terorisme, sehingga perlu kita ungkap,” ujar Ratna.
Hingga saat ini, desakan untuk membubarkan Detasemen Khusus (Densus) 88 terus mengemuka pasca-beredarnya video kekerasan, yang diduga dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 kepada terduga teroris di Poso.
Ratna menegaskan, yang terpenting saat ini bukan hanya membubarkan Densus 88, tapi mencari tahu siapa otak dibalik Densus 88 itu. “Kita harus tahu, siapa yang memiliki gagasan untuk merekayasa adanya teroris,” kata Ratna sambil membagi-bagikan video membongkar Densus 88 yang ia dapatkan di Belanda.
Dalam diskusi tersebut, Ratna sempat menunjukan sebuah keping video berisi kekerasan yang diduga dilakukan oleh Densus 88, termasuk seputar aliran dana asing yang masuk satuan brutal ini.
Dia mengaku mendapatkan video tersebut dari Belanda, dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, agar bisa dimengerti oleh masyarakat Indonesia. Sebanyak 3000 keping CD itu, sudah sebar ke sejumlah pesantren dan gereja-gereja, dan lapisan masyarakat lainnya.
Ratna yang merupakan muallaf itu mengatakan, setiap pemeluk agama (manapun) memiliki kelompok fundementalis. Tapi ketika ada fundementalis Islam, lalu direkayasa dengan isu teroris untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dari pihak asing (proyek), tentu ini menjadi persoalan besar.
“Sebagai muslim, bagi saya, ini persoalan bangsa, negara, bahkan pribadi. Ketika umat Islam sebagai mayoritas dihina dan difitnah, saya terganggu,” kata Ratna yang tak rela ulama dibunuh dan umat Islam terus menerus dizalimi ole negara.
Ratna yang asli Tarutung, Sumatera Utara ini yakin, 80 persen isu terorisme merupakan rekayasa negara. Bahkan konflik antara agama yang terjadi di negeri ini juga merupakan rekayasa negara. “Jadi, ini bukan semata Densus 88 saja, tapi siapa yang menjadi penggagas terorisme, sehingga perlu kita ungkap,” ujar Ratna.
Hingga saat ini, desakan untuk membubarkan Detasemen Khusus (Densus) 88 terus mengemuka pasca-beredarnya video kekerasan, yang diduga dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 kepada terduga teroris di Poso.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah Komentar di Artikal ini sobat !!!!!!!