Jumat, 31 Mei 2013

Politik Belah Bambu ala Syiah


Foto: Politik Belah Bambu ala Syiah

Gegap gempita media, baik media massa baik cetak, online maupun TV memberitakan kepedulian Iran terhadap muslim Rohingya beberapa waktu yang lalu. Mayoritas media sekuler memuji langkah Iran. Bahkan turut memberitakan bahwa Iran-lah satu-satunya negara yang terjun secara resmi memberikan bantuan bagi Umat Islam Rohingya.

Tidak lupa, Hizbullah yang dikenal sebagai anjing penjilat Iran pun numpang popularitas. Milisi Syi’ah yang berpusat di Lebanon ini, bahkan, menjajikan bahwa ia akan memberikan bantuan maksimal kepada umat Islam Rohingya. Milisi yang biasa diplesetkan oleh para aktifis Islam dengan sebutan hizbulláta ini konon telah memberikan bantuan kepada umat Islam Rohingya.

Memang, sudah seharusnya umat Islam memberikan dukungan dan kepedulian terhadap muslimin Rohingya, mengingat derita yang mereka alami dan diskriminasi radikal Budha diluar batas kemanusiaan. Apalagi kelemahan dan ketidakberdayaan mereka untuk melawan kedzaliman ini, membuat jiwa muslim terasa perih melihat derita mereka.

“Mereka hanya memiliki dua pilihan, kabur dari negeri dzalim tersebut atau mati terdzalimi.” Ujar Angga dalam salah satu wawancara dengan penulis suatu ketika. Angga adalah salah satu relawan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) yang pernah dua kali mengantarkan bantuan muslimin Indonesia ke pengungsi Rohingya di Thailand dan Malaysia. 

Politik Belah Bambu ala Syiah

Ada banyak hal yang mengganjal bagi pemerhati politik Syi’ah, Iran, derita Rohingya, dan kesengsaraan muslimin di Suriah. Kejanggalan ini juga saya rasakan. Sebagai wartawan sekaligus relawan yang pernah terjun membantu umat Islam di Suriah, sangat susah bersimpati kepada Iran apalagi kepada Hizbullah atas ‘kedermawanan’ mereka membantu umat Islam Rohingya.

Bagaimana tidak mengganjal, lihat saja apa yang terjadi di kamp pengungsi Palestina Sabra dan Shatila pada Mei 1985, kamp Yarmuk, atau yang paling baru adalah peristiwa kekejaman Basyar Asad di Suriah. Siapa yang berada di balik terpenggalnya kepada umat Islam di Suriah? Siapa juga yang turut serta membantu rezim Basyar menghancurkan masjid-masjid di Suriah? Siapa dalang pemerkosaan wanita-wanita muslimah di Suriah

Bagi pengamat politik Syi’ah dan timur tengah, pasti tidak akan ragu mengatakan bahwa dalang dari itu semua adalah Iran dan Hizbullah khususnya serta Syi’ah pada umumnya.

Dalam salah satu wawancara saya dengan pimpinan mujahidin dari Liwa’ Ahbabullah di Suriah, beliau mengatakan, “Sebenarnya yang kami perangi di Suriah adalah tentara Iran dan Hizbullah, tentara resmi Basyar hampir bisa dikatakan telah kalah. Yang kami tangkap banyak dari tentara Iran dan Hizbullah, demikian juga mejadi sponsor utama pembunuhan rakyat sipil dan penghancuran masjid-masjid di sini adalah mereka (Iran dan Hizbullah). Mereka kami kenal lewat idcard, bendera maupun tanda-tanda lainnya yang melekat di badan mereka.”

Tentang kekejaman Hizbullah terhadap muslimin Suriah maupun pengungsi Palestina di kamp-kamp pengungsi, bukan rahasia lagi di kalangan rakyat Suriah. Jika kita tanya kejahatan Hizbullah, muslimin Suriah terutama kalangan terpelajar dengan fasih bercerita tentang kejahatan-kejahatan Hizbullah. Mereka telah sepakat bahwa Hizbullah dan Iran adalah musuh umat Islam. 

Jika ingin tahu diskriminasi Rezim Syi’ah Iran terhadap umat Islam (sunni/ahlu sunnah), lihatlah derita umat Islam ahlu sunnah wal jama’ah di Iran. Umat Islam di Iran ditempatkan di daerah-daerah pinggiran yang tandus, sehingga mereka mengalami kekurangan pangan, gizi dan kesehatannya sangat buruk. Sehingga, lama-kelamaan mereka menjadi lemah, jangan berpikir melawan kedzaliman Iran, memikirkan sesuap nasi dan kehangatan badan di musim dingin saja, telah membebani diri mereka.

Selain itu, sistem perpolitikan di Iran seluruhnya dibawah kendali Syi’ah Rafidhah. Muslimin ahlu sunnah tidak pernah diberikan tempat dalam percaturan politik. Padahal, jumlah umat Islam sunni di Iran, sekitar 20% dari sekitar 70 juta penduduk Iran. Selebihnya umat Syi’ah, Baha’i, Zoroaster, Yahudi dan Kristen.

Pembangunan masjid umat Islam pun dibatasi. Di Iran izin mendirikan masjid diperketat, berbeda dengan Sinagong yang tiap tahunnya bertambah.

Fakta-fakta di atas menguatkan indikasi bahwa politik yang sedang dimainkan Syi’ah dalam menarik simpati umat Islam adalah politik belah bambu. Umat Islam di Suriah, maupun yang ada di Iran diinjak dan dibantai, agar tidak menghalangi pendirian Imperium Persia Raya yang telah lama diimpikan oleh umat Syi’ah.

Sedangkan umat Islam Rohingya, seperti bambu lain yang diangkat. Isu bantuan kemanusiaan di Rohingya dimanfaatkan oleh Syi’ah untuk menutupi kesesatanya, meraih simpati umat Islam yang tidak paham politik Syi’ah, sekaligus agar umat Islam melupakan kekejaman Syi’ah, khususnya Iran dan Hizbullah, di Iran maupun di Lebanon. Inilah politik pengalihan isu dan pencitraan Syi’ah.

Oleh karenanya, umat Syi’ah di Indonesia, sering kali menyerukan bahwa konflik Suriah adalah perang saudara, konflik politik internal antara rakyat yang memberontak kepada penguasa. Bahkan tidak malu-malu menyampaikan, Suriah adalah permainan Amerika yang hendak menjatuhkan Iran.

Di Solo misalnya, sekelompok massa dari ormas yang terkenal pembelaannya terhadap Syi’ah, benar-benar memanfaatkan tragedi kemanusiaan di Rohingya. “Di Suriah hanya perang saudara antara sunni dan Syi’ah. Dan medialah yang membesar-besarkan isu ini.” Kata salah satu orator demo peduli Rohingya dari massa ini, pada Jum’at 3 Mei 2013 di Bundaran Solo.

Jika ini perang saudara, permasalahannya, saudara dalam hal apa? Jika Syi’ah, khususnya Sti’ah Nushairiyah, dianggap saudara muslim, pertanyaanya, masihkah menganggap muslim orang yang menghancurkan masjid-masjid, meyembah api, bulan, menuhankan manusia, mengganti syahadat láiláhaillalláh dengan láilahaillalbasyar, tidak percaya akan kiamat, menghalalkan khamer, tidak mengakui al-Qur’an, menolak hadits, menghalalkan hubungan biologis sesama mahram dan menodai kehormatan muslimah?.

Sesesat-sesatnya Ahmadiyah, ia tidak pernah melakukan kekufuran ini. Kekufuran Syi’ah lebih sempurna daripada kekufuran Ahmadiyah. Hanya saja Syi’ah lebih unggul dalam memainkan isu, memanfaatkan peluang, menutupi kesesatan dan lebih hero di mata umat yang awam.*

Ditulis Oleh: Akrom Syahid. (Pimred Majalah Islam An-Najah dan Relawan Kemanusiaan Untuk Suriah)
Gegap gempita media, baik media massa baik cetak, online maupun TV memberitakan kepedulian Iran terhadap muslim Rohingya beberapa waktu yang lalu. Mayoritas media sekuler memuji langkah Iran. Bahkan turut memberitakan bahwa Iran-lah satu-satunya negara yang terjun secara resmi memberikan bantuan bagi Umat Islam Rohingya.

Tidak lupa, Hizbullah yang dikenal sebagai anjing penjilat Iran pun numpang popularitas. Milisi Syi’ah yang berpusat di Lebanon ini, bahkan, menjajikan bahwa ia akan memberikan bantuan maksimal kepada umat Islam Rohingya. Milisi yang biasa diplesetkan oleh para aktifis Islam dengan sebutan hizbulláta ini konon telah memberikan bantuan kepada umat Islam Rohingya.

Memang, sudah seharusnya umat Islam memberikan dukungan dan kepedulian terhadap muslimin Rohingya, mengingat derita yang mereka alami dan diskriminasi radikal Budha diluar batas kemanusiaan. Apalagi kelemahan dan ketidakberdayaan mereka untuk melawan kedzaliman ini, membuat jiwa muslim terasa perih melihat derita mereka.

“Mereka hanya memiliki dua pilihan, kabur dari negeri dzalim tersebut atau mati terdzalimi.” Ujar Angga dalam salah satu wawancara dengan penulis suatu ketika. Angga adalah salah satu relawan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) yang pernah dua kali mengantarkan bantuan muslimin Indonesia ke pengungsi Rohingya di Thailand dan Malaysia. 

Politik Belah Bambu ala Syiah

Ada banyak hal yang mengganjal bagi pemerhati politik Syi’ah, Iran, derita Rohingya, dan kesengsaraan muslimin di Suriah. Kejanggalan ini juga saya rasakan. Sebagai wartawan sekaligus relawan yang pernah terjun membantu umat Islam di Suriah, sangat susah bersimpati kepada Iran apalagi kepada Hizbullah atas ‘kedermawanan’ mereka membantu umat Islam Rohingya.

Bagaimana tidak mengganjal, lihat saja apa yang terjadi di kamp pengungsi Palestina Sabra dan Shatila pada Mei 1985, kamp Yarmuk, atau yang paling baru adalah peristiwa kekejaman Basyar Asad di Suriah. Siapa yang berada di balik terpenggalnya kepada umat Islam di Suriah? Siapa juga yang turut serta membantu rezim Basyar menghancurkan masjid-masjid di Suriah? Siapa dalang pemerkosaan wanita-wanita muslimah di Suriah

Bagi pengamat politik Syi’ah dan timur tengah, pasti tidak akan ragu mengatakan bahwa dalang dari itu semua adalah Iran dan Hizbullah khususnya serta Syi’ah pada umumnya.

Dalam salah satu wawancara saya dengan pimpinan mujahidin dari Liwa’ Ahbabullah di Suriah, beliau mengatakan, “Sebenarnya yang kami perangi di Suriah adalah tentara Iran dan Hizbullah, tentara resmi Basyar hampir bisa dikatakan telah kalah. Yang kami tangkap banyak dari tentara Iran dan Hizbullah, demikian juga mejadi sponsor utama pembunuhan rakyat sipil dan penghancuran masjid-masjid di sini adalah mereka (Iran dan Hizbullah). Mereka kami kenal lewat idcard, bendera maupun tanda-tanda lainnya yang melekat di badan mereka.”

Tentang kekejaman Hizbullah terhadap muslimin Suriah maupun pengungsi Palestina di kamp-kamp pengungsi, bukan rahasia lagi di kalangan rakyat Suriah. Jika kita tanya kejahatan Hizbullah, muslimin Suriah terutama kalangan terpelajar dengan fasih bercerita tentang kejahatan-kejahatan Hizbullah. Mereka telah sepakat bahwa Hizbullah dan Iran adalah musuh umat Islam. 

Jika ingin tahu diskriminasi Rezim Syi’ah Iran terhadap umat Islam (sunni/ahlu sunnah), lihatlah derita umat Islam ahlu sunnah wal jama’ah di Iran. Umat Islam di Iran ditempatkan di daerah-daerah pinggiran yang tandus, sehingga mereka mengalami kekurangan pangan, gizi dan kesehatannya sangat buruk. Sehingga, lama-kelamaan mereka menjadi lemah, jangan berpikir melawan kedzaliman Iran, memikirkan sesuap nasi dan kehangatan badan di musim dingin saja, telah membebani diri mereka.

Selain itu, sistem perpolitikan di Iran seluruhnya dibawah kendali Syi’ah Rafidhah. Muslimin ahlu sunnah tidak pernah diberikan tempat dalam percaturan politik. Padahal, jumlah umat Islam sunni di Iran, sekitar 20% dari sekitar 70 juta penduduk Iran. Selebihnya umat Syi’ah, Baha’i, Zoroaster, Yahudi dan Kristen.

Pembangunan masjid umat Islam pun dibatasi. Di Iran izin mendirikan masjid diperketat, berbeda dengan Sinagong yang tiap tahunnya bertambah.

Fakta-fakta di atas menguatkan indikasi bahwa politik yang sedang dimainkan Syi’ah dalam menarik simpati umat Islam adalah politik belah bambu. Umat Islam di Suriah, maupun yang ada di Iran diinjak dan dibantai, agar tidak menghalangi pendirian Imperium Persia Raya yang telah lama diimpikan oleh umat Syi’ah.

Sedangkan umat Islam Rohingya, seperti bambu lain yang diangkat. Isu bantuan kemanusiaan di Rohingya dimanfaatkan oleh Syi’ah untuk menutupi kesesatanya, meraih simpati umat Islam yang tidak paham politik Syi’ah, sekaligus agar umat Islam melupakan kekejaman Syi’ah, khususnya Iran dan Hizbullah, di Iran maupun di Lebanon. Inilah politik pengalihan isu dan pencitraan Syi’ah.

Oleh karenanya, umat Syi’ah di Indonesia, sering kali menyerukan bahwa konflik Suriah adalah perang saudara, konflik politik internal antara rakyat yang memberontak kepada penguasa. Bahkan tidak malu-malu menyampaikan, Suriah adalah permainan Amerika yang hendak menjatuhkan Iran.

Di Solo misalnya, sekelompok massa dari ormas yang terkenal pembelaannya terhadap Syi’ah, benar-benar memanfaatkan tragedi kemanusiaan di Rohingya. “Di Suriah hanya perang saudara antara sunni dan Syi’ah. Dan medialah yang membesar-besarkan isu ini.” Kata salah satu orator demo peduli Rohingya dari massa ini, pada Jum’at 3 Mei 2013 di Bundaran Solo.

Jika ini perang saudara, permasalahannya, saudara dalam hal apa? Jika Syi’ah, khususnya Sti’ah Nushairiyah, dianggap saudara muslim, pertanyaanya, masihkah menganggap muslim orang yang menghancurkan masjid-masjid, meyembah api, bulan, menuhankan manusia, mengganti syahadat láiláhaillalláh dengan láilahaillalbasyar, tidak percaya akan kiamat, menghalalkan khamer, tidak mengakui al-Qur’an, menolak hadits, menghalalkan hubungan biologis sesama mahram dan menodai kehormatan muslimah?.

Sesesat-sesatnya Ahmadiyah, ia tidak pernah melakukan kekufuran ini. Kekufuran Syi’ah lebih sempurna daripada kekufuran Ahmadiyah. Hanya saja Syi’ah lebih unggul dalam memainkan isu, memanfaatkan peluang, menutupi kesesatan dan lebih hero di mata umat yang awam.*

Ditulis Oleh: Akrom Syahid. (Pimred Majalah Islam An-Najah dan Relawan Kemanusiaan Untuk Suriah)

Rabu, 29 Mei 2013

:: SYAIKH AMMAR BUGIS, PENAKLUK KEMUSTAHILAN


Syeikh Ammar yang kelahiran Amerika Serikat sejak lahir sudah dalam keadaan cacat. Tidak ada anggota tubuh yang bisa digerakkan kecuali mulut dan mata. Dokter Amerika sendiri ketika kelahiran beliau bahkan menyampaikan bahwa paling sang bayi (beliau) bisa hidup hingga usia 8 tahun saja. Namun atas Qudratullah jua lah, hingga tua seperti sekarang beliau masih hidup bahkan lebih unggul hidupnya dari kita yang tidak cacat secara fisik.

Foto: :: SYAIKH AMMAR BUGIS, PENAKLUK KEMUSTAHILAN

Syeikh Ammar yang kelahiran Amerika Serikat sejak lahir sudah dalam keadaan cacat. Tidak ada anggota tubuh yang bisa digerakkan kecuali mulut dan mata. Dokter Amerika sendiri ketika kelahiran beliau bahkan menyampaikan bahwa paling sang bayi (beliau) bisa hidup hingga usia 8 tahun saja. Namun atas Qudratullah jua lah, hingga tua seperti sekarang beliau masih hidup bahkan lebih unggul hidupnya dari kita yang tidak cacat secara fisik.

Cacat tidak menghalangi beliau untuk menuntut ilmu dan bersekolah hingga kuliah dan mencapai predikat Professor. Sejak usia 11 tahun sudah mulai menghafal Quran dan ketika menginjak 13 tahun sudah hafal Quran 30 Juz. Selain itu, ketika Universitas mampu meraih nilai tertinggi (cumlaude) pada jurusan penyiaran dan komunikasi. Beliau juga sebagai dosen di universitas yang ada di AS dan Dubai. Yang menarik juga adalah bahwa beliau telah mempunyai anak yang sekarang sudah 14 tahun usianya. Subhanallah! Sungguh mulia wanita yang mau dan ridha bersuamikan beliau.

Sungguh keadaan Syaikh Ammar yang cacat dapat menjadi pelajaran bagi kita yang sempurna secara fisik. Beliau yang cacat saja mampu berprestasi, lalu bagaimana dengan kita? Sehingga menurut beliau bahwa cacat yang sesungguhnya adalah orang yang cacat berpikir, cacat kemauan, cacat perjuangan dan sejenisnya. Dan beliau pun menyampaikan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala akan menanya kalian (jamaah yang hadir), yang cacat saja mampu menghafal, sedang kalian yang bisa bergerak?

Bagi bangsa Indonesia, ihwal Syaikh Ammar ini pun dapat menjadi pelajaran berharga. Biasanya di negeri kita orang cacat sering ditemui sebagai pengemis. Ini bisa ditemui di kota besar. Orang buta di negeri kita sering diarahkan kepada pengamen atau menjadi penyanyi, bisa jadi artis hanya beberapa. Jarang sekali yang diarahkan pada prestasi, terlebih pada keunggulan agama, semisal menjadi ulama ataupun menjadi hafizh Al-Quran.

Diantara pesan yang disampaikan Syaikh Ammar untuk jamaah adalah agar menunaikan rukun Islam yang lima: Bersaksi tiada tuhan selain Allah subhanahu wa ta'ala dan Muhammad rasul-Nya, Sholat 5 waktu, puasa dan zakat serta naik haji ke baitullah bagi yang mampu.

Banyak musuh Allah subhanahu wa ta'ala yang menghina Rasulullah (baru-baru ini), maka pesan beliau bela lah Rasulullah dengan cara melaksanakan Sunnah Rasulullah dalam kehidupan rumah tangga, masyarakat, sekolah, kantor, pabrik dan sebagainya. Bukan dengan jalan teriak-teriak (demonstrasi) dan kekerasan. Juga gunakan lah pula teknologi dalam membela Rasulullah, melalui internet, twiter, facebook dan sejenisnya. Ceritakan keagungan pribadi Rasulullah melalui kisah-kisah dan sebagainya.

Pada kaum wanita, beliau berpesan agar senantiasa menggunakan hijab yang sesuai syariat. Karena wanita ibarat mutiara yang nilainya tinggi. Jika ia mudah dilihat dan dipegang semua orang di jalan-jalan, niscaya murahlah nilainya. Pada jamaah laki-laki beliau berpesan agar berbuat baik pada para istri, jangan pernah mencaci, memukul atau menghinakan istri. Satu yang juga beliau tekankan adalah jangan sampai jamaah pergi ke tukang sihir atau dukun. Juga agar senantiasa beryukur atas nikmat Allah subhanahu wa ta'ala yang agung (kesehatan).

Syaikh Ammar Bugis Sampaikan Ceramah di LIPIA

Bagi seorang muslim, dunia adalah tempat ujian dan ladang pahala. Cobaan yang diberikan oleh Allah kepada para hamba-Nya bermacam-macam bentuknya, salah satunya dengan ketidak sempurnaan fisik.

Sebagai seorang Muslim, cobaan tersebut hendaknya disikapi dengan hati yang sabar dan ikhlas. Sebab di balik kekurangan, Allah pasti memberikan kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.

Adalah Syaikh Ammar Bugis, pria lumpuh berdarah Makassar yang lahir di Amerika Serikat, 22 Oktober 1986. Nama Bugis diambil dari nama kakek buyutnya yang berasal dari Sulawesi, Syeikh Abdul Muthalib Bugis. Beliau hijrah dari Sulawesi ke Mekkah dan mengajar Tafsir di Masjidil Haram.

Syaikh Ammar lumpuh total sejak usia 2 bulan, hanya mata dan mulutnya yang masih berfungsi, walau nada bicaranya agak tidak jelas. Itu semua tak mengurangi semangatnya untuk hidup dan berarti.

Luar biasa, ditengah keadaan yang serba mustahil, Ammar sudah hafal 30 juz Qur'an sejak usia 11 tahun dalam waktu 2 tahun saja. Tentunya ini adalah kelebihan yang sangat jarang dimiliki oleh anak-anak zaman sekarang.

Mengawalai nasihatnya dihadapan para dosen dan mahasiswa LIPIA Jakarta, Syaikh Ammar mengomentari sebuah pepatah yang mengatakan bahwa akal yang selamat hanyalah terdapat pada badan yang sehat, menurutnya hal ini kurang tepat.

“Selama ini kita mendengar pepatah bahwa akal yang selamat itu terdapat pada badan yang sehat, padahal semestinya adalah akal yang selamat hanyalah terdapat pada hati yang sehat,”kata Ammar mengawali nasihatnya.

Hal ini, kata Ammar, terdapat didalam hadits “Jika sepotong daging itu baik, maka baiklah seluruhnya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.

Saat beliau menceritakan kesabaran dan ketelatenan ibunya dalam mengurus dan menjaganya sehingga ia saat ini menjadi seorang hafidz Al Quran, para mahasiswa yang hadir menangis tersedu-sedu, bahkan ada beberapa dosen yang bertakbir keras sambil menangis menjerit.

Beliaupun menyayangkan banyak kaum muslimin yang memiliki fisik sempurna tapi hatinya tidak sesempurna fisiknya.“Banyak diantara kita yang memiliki fisik sempurna, tapi hatinya tidak sesuai dengan fisiknya, “katanya.

Beliaupun menyarankan kepada para Mahasiswa agar giat menghafal Al Quran dan jangan mudah putus asa. “Hafalkan Al Quran, lakukan dengan ayat-ayat yang pendek terlebih dahulu, sayapun dulu melakukannya demikian, sampai waktu itu saya bisa menghafal satu juz dalam sehari,” ujarnya.

Setelah kurang lebih satu jam, ceramah di tutup, tiba-tiba seorang dosen dan pakar Ushul Fiqih asal mesir, DR. Azazi menemuinya dan mencium keningnya.

Ahmad Aris, seorang mahasiswa Fakultas Syari’ah yang mendengarkan ceramah beliau, menangis terharu dan merasa termotivasi oleh nasihat Syaikh Ammar.

“Alhamdulillah, ini motivasi yang sangat luar biasa, saya merasa malu terhadap beliau, kondisi saya yang sempurna fisik ini masih belum bisa apa-apa,”

Subhanallah, alhamdulillah , Allahu Akbar .. 

Dahsyatnya Bangun Pagi, Tahajud , Subuh dan Dhuha
Silakan LIKE dan SHARE, Semoga bermanfaat
dan menginspirasi dan menjadi renungan bagi sahabat yang lainnya.

silakan gabung juga di Buah Hatiku Berbagi ilmu parenting islami, motivasi dan inspirasi keluarga Muslim
Semoga ada hal yang bermanfaat yang terdapat di dalamnyaCacat tidak menghalangi beliau untuk menuntut ilmu dan bersekolah hingga kuliah dan mencapai predikat Professor. Sejak usia 11 tahun sudah mulai menghafal Quran dan ketika menginjak 13 tahun sudah hafal Quran 30 Juz. Selain itu, ketika Universitas mampu meraih nilai tertinggi (cumlaude) pada jurusan penyiaran dan komunikasi. Beliau juga sebagai dosen di universitas yang ada di AS dan Dubai. Yang menarik juga adalah bahwa beliau telah mempunyai anak yang sekarang sudah 14 tahun usianya. Subhanallah! Sungguh mulia wanita yang mau dan ridha bersuamikan beliau.

Sungguh keadaan Syaikh Ammar yang cacat dapat menjadi pelajaran bagi kita yang sempurna secara fisik. Beliau yang cacat saja mampu berprestasi, lalu bagaimana dengan kita? Sehingga menurut beliau bahwa cacat yang sesungguhnya adalah orang yang cacat berpikir, cacat kemauan, cacat perjuangan dan sejenisnya. Dan beliau pun menyampaikan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala akan menanya kalian (jamaah yang hadir), yang cacat saja mampu menghafal, sedang kalian yang bisa bergerak?

Bagi bangsa Indonesia, ihwal Syaikh Ammar ini pun dapat menjadi pelajaran berharga. Biasanya di negeri kita orang cacat sering ditemui sebagai pengemis. Ini bisa ditemui di kota besar. Orang buta di negeri kita sering diarahkan kepada pengamen atau menjadi penyanyi, bisa jadi artis hanya beberapa. Jarang sekali yang diarahkan pada prestasi, terlebih pada keunggulan agama, semisal menjadi ulama ataupun menjadi hafizh Al-Quran.

Diantara pesan yang disampaikan Syaikh Ammar untuk jamaah adalah agar menunaikan rukun Islam yang lima: Bersaksi tiada tuhan selain Allah subhanahu wa ta'ala dan Muhammad rasul-Nya, Sholat 5 waktu, puasa dan zakat serta naik haji ke baitullah bagi yang mampu.

Banyak musuh Allah subhanahu wa ta'ala yang menghina Rasulullah (baru-baru ini), maka pesan beliau bela lah Rasulullah dengan cara melaksanakan Sunnah Rasulullah dalam kehidupan rumah tangga, masyarakat, sekolah, kantor, pabrik dan sebagainya. Bukan dengan jalan teriak-teriak (demonstrasi) dan kekerasan. Juga gunakan lah pula teknologi dalam membela Rasulullah, melalui internet, twiter, facebook dan sejenisnya. Ceritakan keagungan pribadi Rasulullah melalui kisah-kisah dan sebagainya.

Pada kaum wanita, beliau berpesan agar senantiasa menggunakan hijab yang sesuai syariat. Karena wanita ibarat mutiara yang nilainya tinggi. Jika ia mudah dilihat dan dipegang semua orang di jalan-jalan, niscaya murahlah nilainya. Pada jamaah laki-laki beliau berpesan agar berbuat baik pada para istri, jangan pernah mencaci, memukul atau menghinakan istri. Satu yang juga beliau tekankan adalah jangan sampai jamaah pergi ke tukang sihir atau dukun. Juga agar senantiasa beryukur atas nikmat Allah subhanahu wa ta'ala yang agung (kesehatan).

Syaikh Ammar Bugis Sampaikan Ceramah di LIPIA

Bagi seorang muslim, dunia adalah tempat ujian dan ladang pahala. Cobaan yang diberikan oleh Allah kepada para hamba-Nya bermacam-macam bentuknya, salah satunya dengan ketidak sempurnaan fisik.

Sebagai seorang Muslim, cobaan tersebut hendaknya disikapi dengan hati yang sabar dan ikhlas. Sebab di balik kekurangan, Allah pasti memberikan kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.

Adalah Syaikh Ammar Bugis, pria lumpuh berdarah Makassar yang lahir di Amerika Serikat, 22 Oktober 1986. Nama Bugis diambil dari nama kakek buyutnya yang berasal dari Sulawesi, Syeikh Abdul Muthalib Bugis. Beliau hijrah dari Sulawesi ke Mekkah dan mengajar Tafsir di Masjidil Haram.

Syaikh Ammar lumpuh total sejak usia 2 bulan, hanya mata dan mulutnya yang masih berfungsi, walau nada bicaranya agak tidak jelas. Itu semua tak mengurangi semangatnya untuk hidup dan berarti.

Luar biasa, ditengah keadaan yang serba mustahil, Ammar sudah hafal 30 juz Qur'an sejak usia 11 tahun dalam waktu 2 tahun saja. Tentunya ini adalah kelebihan yang sangat jarang dimiliki oleh anak-anak zaman sekarang.

Mengawalai nasihatnya dihadapan para dosen dan mahasiswa LIPIA Jakarta, Syaikh Ammar mengomentari sebuah pepatah yang mengatakan bahwa akal yang selamat hanyalah terdapat pada badan yang sehat, menurutnya hal ini kurang tepat.

“Selama ini kita mendengar pepatah bahwa akal yang selamat itu terdapat pada badan yang sehat, padahal semestinya adalah akal yang selamat hanyalah terdapat pada hati yang sehat,”kata Ammar mengawali nasihatnya.

Hal ini, kata Ammar, terdapat didalam hadits “Jika sepotong daging itu baik, maka baiklah seluruhnya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.

Saat beliau menceritakan kesabaran dan ketelatenan ibunya dalam mengurus dan menjaganya sehingga ia saat ini menjadi seorang hafidz Al Quran, para mahasiswa yang hadir menangis tersedu-sedu, bahkan ada beberapa dosen yang bertakbir keras sambil menangis menjerit.

Beliaupun menyayangkan banyak kaum muslimin yang memiliki fisik sempurna tapi hatinya tidak sesempurna fisiknya.“Banyak diantara kita yang memiliki fisik sempurna, tapi hatinya tidak sesuai dengan fisiknya, “katanya.

Beliaupun menyarankan kepada para Mahasiswa agar giat menghafal Al Quran dan jangan mudah putus asa. “Hafalkan Al Quran, lakukan dengan ayat-ayat yang pendek terlebih dahulu, sayapun dulu melakukannya demikian, sampai waktu itu saya bisa menghafal satu juz dalam sehari,” ujarnya.

Setelah kurang lebih satu jam, ceramah di tutup, tiba-tiba seorang dosen dan pakar Ushul Fiqih asal mesir, DR. Azazi menemuinya dan mencium keningnya.

Ahmad Aris, seorang mahasiswa Fakultas Syari’ah yang mendengarkan ceramah beliau, menangis terharu dan merasa termotivasi oleh nasihat Syaikh Ammar.

“Alhamdulillah, ini motivasi yang sangat luar biasa, saya merasa malu terhadap beliau, kondisi saya yang sempurna fisik ini masih belum bisa apa-apa,”

Subhanallah, alhamdulillah , Allahu Akbar .. 

Selasa, 28 Mei 2013

Berhijab Tanda Taat Kepada Allah, Maka Ikuti Petunjuknya dari Al Quran dan Hadits


Foto: Berhijab Tanda Taat Kepada Allah, Maka Ikuti Petunjuknya dari Al Quran dan Hadits

Dalam kitab Al Mu’jam Al-Wasith jilbab diartikan sebagai “Ats tsaubul musytamil ‘alal jasadi kullihi” (pakaian yang menutupi seluruh tubuh), atau “Ma yulbasu fauqa ats tsiyab kal milhafah” (pakaian luar yang dikenakan di atas pakaian rumah, seperti milhafah (baju terusan), atau  “Al Mula`ah tasytamilu biha al mar`ah” (pakaian luar yang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh wanita).  

Dari definisi di atas, mengenakan jilbab berarti mengenakan kain terusan (Arab : milhafah/mula`ah) yang dipakai sebagai pakaian luar (di bawahnya masih ada pakaian rumah, seperti gamis) yang menjulur ke bawah hingga menutupi kedua kakinya. Sementara untuk penutup bagian kepala hingga dada, disyariatkan khimar, yaitu kerudung atau apa saja yang serupa dengannya yang  berfungsi menutupi seluruh kepala, leher, dan lubang baju di dada. 

Dalil mengenai wajibnya mengenakan dua jenis pakaian ini, karena firman Allah SWT mengenai pakaian bagian bagian atas (khimar) :"Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya." (QS. An Nuur [24]: 31)

Dan karena firman Allah SWT mengenai pakaian bagian bawah (jilbab) :"Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya."  (QS. Al Ahzab [33]: 59)

Adapun dalil bahwa jilbab merupakan pakaian dalam kehidupan melakukan aktivitas publik, adalah hadits yang diriwayatkan dari Ummu 'Athiah RA, bahwa dia berkata : "Rasulullah SAW memerintahkan kaum wanita agar keluar rumah menuju shalat Ied, maka Ummu ‘Athiyah berkata,’Salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?”  Maka Rasulullah SAW menjawab: 'Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya!"(Muttafaq ‘alaihi)

Dalil-dalil di atas tadi menjelaskan adanya suatu petunjuk mengenai pakaian wanita dalam kehidupan umum. Allah SWT telah menyebutkan sifat pakaian ini dalam dua ayat di atas yang telah diwajibkan atas wanita agar dikenakan dalam kehidupan umum dengan perincian yang lengkap dan menyeluruh. Kewajiban ini dipertegas lagi dalam hadits dari Ummu 'Athiah RA di atas, yakni kalau seorang wanita tak punya jilbab –untuk keluar di lapangan sholat Ied (kehidupan umum)—maka dia harus meminjam kepada saudaranya (sesama muslim). Kalau tidak wajib, niscaya Nabi SAW tidak akan  memerintahkan wanita mencari pinjaman jilbab.

Untuk jilbab, disyaratkan tidak boleh potongan, tetapi harus terulur sampai ke bawah sampai menutup kedua kaki, sebab Allah SWT mengatakan : “yudniina ‘alaihinna min jalabibihinna” (Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka.). 

Dalam ayat tersebut terdapat kata “yudniina” yang artinya adalah yurkhiina ila asfal (mengulurkan sampai ke bawah/kedua kaki). Penafsiran ini –yaitu idnaa` berarti irkhaa` ila asfal-- diperkuat dengan  dengan hadits Ibnu Umar bahwa dia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda :

“Barang siapa yang melabuhkan/menghela bajunya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada Hari Kiamat nanti.’ Lalu Ummu Salamah berkata,’Lalu apa yang harus diperbuat wanita dengan ujung-ujung pakaian mereka (bi dzuyulihinna).” Nabi SAW menjawab,’Hendaklah mereka mengulurkannya (yurkhiina) sejengkal (syibran)’(yakni dari separoh betis). Ummu Salamah menjawab,’Kalau begitu, kaki-kaki mereka akan tersingkap.’ Lalu Nabi menjawab,’Hendaklah mereka mengulurkannya sehasta (fa yurkhiina dzira`an) dan jangan mereka menambah lagi dari itu.” (HR. At-Tirmidzi Juz III, hal. 47; hadits sahih) 

Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa pada masa Nabi SAW, pakaian luar yang dikenakan wanita di atas pakaian rumah  --yaitu jilbab-- telah diulurkan sampai ke bawah hingga menutupi kedua kaki. 

Dari penjelasan di atas jelas bahwa wanita dalam kehidupan umum wajib mengenakan baju terusan yang longgar yang terulur sampai ke bawah yang dikenakan di atas baju rumah mereka. Itulah yang disebut dengan jilbab dalam Al Qur`an. Wallahu a’lam.

Sumber : suara-islam.com

-HA-

Dalam kitab Al Mu’jam Al-Wasith jilbab diartikan sebagai “Ats tsaubul musytamil ‘alal jasadi kullihi” (pakaian yang menutupi seluruh tubuh), atau “Ma yulbasu fauqa ats tsiyab kal milhafah” (pakaian luar yang dikenakan di atas pakaian rumah, seperti milhafah (baju terusan), atau “Al Mula`ah tasytamilu biha al mar`ah” (pakaian luar yang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh wanita). 

Dari definisi di atas, mengenakan jilbab berarti mengenakan kain terusan (Arab : milhafah/mula`ah) yang dipakai sebagai pakaian luar (di bawahnya masih ada pakaian rumah, seperti gamis) yang menjulur ke bawah hingga menutupi kedua kakinya. Sementara untuk penutup bagian kepala hingga dada, disyariatkan khimar, yaitu kerudung atau apa saja yang serupa dengannya yang berfungsi menutupi seluruh kepala, leher, dan lubang baju di dada. 

Dalil mengenai wajibnya mengenakan dua jenis pakaian ini, karena firman Allah SWT mengenai pakaian bagian bagian atas (khimar) :"Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya." (QS. An Nuur [24]: 31)

Dan karena firman Allah SWT mengenai pakaian bagian bawah (jilbab) :"Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya." (QS. Al Ahzab [33]: 59)

Adapun dalil bahwa jilbab merupakan pakaian dalam kehidupan melakukan aktivitas publik, adalah hadits yang diriwayatkan dari Ummu 'Athiah RA, bahwa dia berkata : "Rasulullah SAW memerintahkan kaum wanita agar keluar rumah menuju shalat Ied, maka Ummu ‘Athiyah berkata,’Salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?” Maka Rasulullah SAW menjawab: 'Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya!"(Muttafaq ‘alaihi)

Dalil-dalil di atas tadi menjelaskan adanya suatu petunjuk mengenai pakaian wanita dalam kehidupan umum. Allah SWT telah menyebutkan sifat pakaian ini dalam dua ayat di atas yang telah diwajibkan atas wanita agar dikenakan dalam kehidupan umum dengan perincian yang lengkap dan menyeluruh. Kewajiban ini dipertegas lagi dalam hadits dari Ummu 'Athiah RA di atas, yakni kalau seorang wanita tak punya jilbab –untuk keluar di lapangan sholat Ied (kehidupan umum)—maka dia harus meminjam kepada saudaranya (sesama muslim). Kalau tidak wajib, niscaya Nabi SAW tidak akan memerintahkan wanita mencari pinjaman jilbab.

Untuk jilbab, disyaratkan tidak boleh potongan, tetapi harus terulur sampai ke bawah sampai menutup kedua kaki, sebab Allah SWT mengatakan : “yudniina ‘alaihinna min jalabibihinna” (Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka.). 

Dalam ayat tersebut terdapat kata “yudniina” yang artinya adalah yurkhiina ila asfal (mengulurkan sampai ke bawah/kedua kaki). Penafsiran ini –yaitu idnaa` berarti irkhaa` ila asfal-- diperkuat dengan dengan hadits Ibnu Umar bahwa dia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda :

“Barang siapa yang melabuhkan/menghela bajunya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada Hari Kiamat nanti.’ Lalu Ummu Salamah berkata,’Lalu apa yang harus diperbuat wanita dengan ujung-ujung pakaian mereka (bi dzuyulihinna).” Nabi SAW menjawab,’Hendaklah mereka mengulurkannya (yurkhiina) sejengkal (syibran)’(yakni dari separoh betis). Ummu Salamah menjawab,’Kalau begitu, kaki-kaki mereka akan tersingkap.’ Lalu Nabi menjawab,’Hendaklah mereka mengulurkannya sehasta (fa yurkhiina dzira`an) dan jangan mereka menambah lagi dari itu.” (HR. At-Tirmidzi Juz III, hal. 47; hadits sahih) 

Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa pada masa Nabi SAW, pakaian luar yang dikenakan wanita di atas pakaian rumah --yaitu jilbab-- telah diulurkan sampai ke bawah hingga menutupi kedua kaki. 

Dari penjelasan di atas jelas bahwa wanita dalam kehidupan umum wajib mengenakan baju terusan yang longgar yang terulur sampai ke bawah yang dikenakan di atas baju rumah mereka. Itulah yang disebut dengan jilbab dalam Al Qur`an. Wallahu a’lam.

Sumber : suara-islam.com

Foto: ‎Kisah Hilangnya Desa Lagetan di Dieng mirip dengan kisah kota Sodom yang hilang (Bukti Kebesaran Allah)
(Picture: Plat dari Tugu peringatan)

Kisah ini sudah lama, tetapi banyak yang belum mengetahuinya. Kisah ini hendaknya menjadi ibroh, bahwa apabila suatu daerah bermaksiat semua, bisa jadi Allah akan mengazabnya secara langsung.

أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ

"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang dilangit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?" (QS Al Mulk 67: 16).
Dukuh Legetang adalah sebuah daerah di lembah pegunungan Dieng, sekitar 2 km ke utara dari kompleks pariwisata Dieng Kabupaten Banjarnegara.
Dahulunya masyarakat dukuh Legetang adalah petani-petani yang sukses sehingga kaya. Berbagai kesuksesan duniawi yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang. Misalnya apabila di daerah lain tidak panen tetapi mereka panen berlimpah. Kualitas buah/sayur yang dihasilkan juga lebih dari yang lain. Namun barangkali ini merupakan "istidraj" (disesatkan Allah dengan cara diberi rizqi yang banyak dan orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam kesesatan).
Masyarakat dukuh Legetang umumnya ahli maksiat dan bukan ahli bersyukur. Perjudian disana merajalela, begitu pula minum-minuman keras (yang sangat cocok untuk daerah dingin). Tiap malam mereka mengadakan pentas Lengger (sebuah kesenian yang dibawakan oleh para penari perempuan, yang sering berujung kepada perzinaan). Anak yang kimpoi sama ibunya dan beragam kemaksiatan lain sudah sedemikian parah di dukuh Legetang.

Alkisah pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Tengah malam hujan reda. Tiba-tiba terdengar suara "buum", seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan. Pagi harinya masyarakat disekitar dukuh Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah (bahasa jawanya: tompal), dan belahannya itu ditimbunkan ke dukuh Legetang.
Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan dieng..

Ditugu tersebut ditulis dengan plat logam:
"TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG. 16/17-4-1955"

Kesimpulan: kebenaran kisah ini memang masih perlu ditelaah lebih jauh. Tentang hilangnya desa tersebut memang suatu realitas, namun apa karena azab akibat masyarakat desa tersebut melakukan maksiat, itu berpulang kembali kepada diri kita masing-masing. Apabila Anda membaca kisah ini lalu kemudian kesadaran tinggi Anda semakin berkembang, maka kisah ini memiliki nilai moral yang baik. Kisah ini sebenarnya bagi saya tidak ada bedanya dengan kisah-kisah legenda yang berlatar sejarah. Benar atau salahnya kisah ini, yang penting adalah esensi yang ada dibalik kisah tersebut. Saya yakin ada pesan moral yang hendak disampaikan dari kejadian tersebut. Itu saja.

sumber lain demgan beberapa Picture>> http://kalderaprau.wordpress.com/2012/05/30/desa-legetang/

#aB‎Kisah Hilangnya Desa Lagetan di Dieng mirip dengan kisah kota Sodom yang hilang (Bukti Kebesaran Allah)
(Picture: Plat dari Tugu peringatan)

Kisah ini sudah lama, tetapi banyak yang belum mengetahuinya. Kisah ini hendaknya menjadi ibroh, bahwa apabila suatu daerah bermaksiat semua, bisa jadi Allah akan mengazabnya secara langsung.

أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ

"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang dilangit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?" (QS Al Mulk 67: 16).
Dukuh Legetang adalah sebuah daerah di lembah pegunungan Dieng, sekitar 2 km ke utara dari kompleks pariwisata Dieng Kabupaten Banjarnegara.
Dahulunya masyarakat dukuh Legetang adalah petani-petani yang sukses sehingga kaya. Berbagai kesuksesan duniawi yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang. Misalnya apabila di daerah lain tidak panen tetapi mereka panen berlimpah. Kualitas buah/sayur yang dihasilkan juga lebih dari yang lain. Namun barangkali ini merupakan "istidraj" (disesatkan Allah dengan cara diberi rizqi yang banyak dan orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam kesesatan).
Masyarakat dukuh Legetang umumnya ahli maksiat dan bukan ahli bersyukur. Perjudian disana merajalela, begitu pula minum-minuman keras (yang sangat cocok untuk daerah dingin). Tiap malam mereka mengadakan pentas Lengger (sebuah kesenian yang dibawakan oleh para penari perempuan, yang sering berujung kepada perzinaan). Anak yang kimpoi sama ibunya dan beragam kemaksiatan lain sudah sedemikian parah di dukuh Legetang.

Alkisah pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Tengah malam hujan reda. Tiba-tiba terdengar suara "buum", seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan. Pagi harinya masyarakat disekitar dukuh Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah (bahasa jawanya: tompal), dan belahannya itu ditimbunkan ke dukuh Legetang.
Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan dieng..

Ditugu tersebut ditulis dengan plat logam:
"TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG. 16/17-4-1955"

Kesimpulan: kebenaran kisah ini memang masih perlu ditelaah lebih jauh. Tentang hilangnya desa tersebut memang suatu realitas, namun apa karena azab akibat masyarakat desa tersebut melakukan maksiat, itu berpulang kembali kepada diri kita masing-masing. Apabila Anda membaca kisah ini lalu kemudian kesadaran tinggi Anda semakin berkembang, maka kisah ini memiliki nilai moral yang baik. Kisah ini sebenarnya bagi saya tidak ada bedanya dengan kisah-kisah legenda yang berlatar sejarah. Benar atau salahnya kisah ini, yang penting adalah esensi yang ada dibalik kisah tersebut. Saya yakin ada pesan moral yang hendak disampaikan dari kejadian tersebut. Itu saja.

Vincente : Kisah “Yesus” Menjadikan Saya Mualaf


Tiga belas tahun yang lalu Vicente Mota Alfaro adalah salah seorang pemeluk Kristen yang taat yang secara rutin mendatangi kelas Minggu dan membaca Injil setiap harinya.
Namun hari ini, dia tidak hanya seorang Muallaf, namun dia adalah Imam Masjid dari Pusat Kebudayaan Islam Valensia (CCIV).
Selain merupakan Muallaf pertama yang dipersilakan mengimami setiap kali sholat berjamaah, dia juga merupakan anggota Dewan Kepengurusan CCIV sejak 2005.
Pemimpin kelompok Muslim Valensia menetapkan Alfaro sebagai Imam besar, dan berterima kasih atas kerja kerasnya.
“Dia pantas kami pilih karena kehebatan pengetahuan agamanya”, kata El-Taher Edda Sekretaris Umum Liga Islam bagian Dialog dan Perdamaian.
Dia meyakini Alfaro telah menyebarkan pesan yang nyata mengenai Muallaf yang bergabung dalam kekuatan Islam.
Beberapa media setempat tidak lama lalu melaporkan adanya peningkatan jumlah Muallaf di Spanyol, tanpa adanya pertentangan dari pihak manapun.
Diperkirakan Muslim Spanyol berjumlah 1.5 juta dari 40 juta penduduk keseluruhan. Islam merupakan agama terbesar kedua setelah Kristen.
Ketika masyarakat bertanya kepada Alfaro bagaimana dia dapat menjadi seorang Muallaf, dia akan memberikan jawaban yang sederhana.
“Allah telah menjadikan Islam sebagai agama dan hidupku”, katanya mantap.
Saat itu Alfaro berusia 20 tahun dan masih berkuliah ketika dia memutuskan untuk menjadi Muallaf.
“Saya membaca Al-Quran, saya menemukan kebenaran tentang Nabi Isa dan saya putuskan menjadi Muallaf”.
Pada awalnya dia adalah seorang pemeluk Kristen yang taat.
“Dulunya saya rutin pergi ke Gereja tiap Minggu dan membaca Injil setiap harinya”.
“Pada saat itu saya tidak tahu sama sekali mengenai Islam”.
Dia mempunyai seorang tetangga Muslim Algeria yang memperkenalkannya pada Islam.
“Ketika berbincang-bincang dia mengatakan bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, dan semuanya merupakan anak dari Nabi Ibrahim”, kenangnya.
“Saya terkejut mengetahui bahwa dalam Islam juga mengenal Adam, Hawa, dan Ibrahim”.
Perbincangan tersebut rupanya membuat Alfaro muda semakin ingin mengetahui tentang Islam.
“Selanjutnya, saya meminjam salinan Al-Quran dari perpustakaan”.
Dia membawanya pulang dan membaca salinan Al-Quran tersebut dengan teliti.
Namun titik balik bagi Alfaro datang ketika dia membaca kisah tentang Yesus (Nabi Isa) dan kejadian penyaliban.
“Sebelumnya yang saya ketahui adalah Yesus merupakan anak Tuhan yang diutus ke dunia untuk menebus dosa umat manusia, dan sebetulnya hal tersebut cukup mengganggu saya”.
“Dan saya temukan jawabannya dalam Al-Quran. Yesus tidak pernah disiksa ataupun disalib”.
Muslim meyakini Nabi Isa sebagai salah satu Rasul yang diberi penghormatan lebih.
Dalam Islam, Nabi Isa tidak mengalami penyaliban, namun diangkat ke surga dan akan diturunkan kembali pada akhir zaman untuk memerangi Dajjal Al-Masih dan akan membawa kemenangan dan kejayaan bagi Islam.
Dan kisah tersebut merubah keyakinan Alfaro untuk menjadi seorang Muallaf bernama Mansour.
“Dengan cepat saya menyadari bahwa Al-Quran adalah Kitab Tuhan yang sesungguhnya, dan saya tidak pernah menyesal menjadi seorang Muallaf”.
-ZP-