TINGGAL di negara yang umat Islamnya minoritas bukan menjadi alasan untuk tidak mendakwahkan kebenaran Islam, justru seharusnya menjadi pemicu untuk lebih giat lagi menyampaikan Islam yang sebenarnya.
Meskipun di banyak wilayah dunia yang umat Islamnya minoritas dan sering menjadi sasaran Islamofobia, kebangkitan umat Islam lebih menggeliat, rasa persaudaraan sesama Muslim pun lebih terasa dibandingkan jika tinggal di negara yang mayoritas penduduknya Muslim.
Hal tersebut juga dialami oleh seorang Muslimah asal Indonesia yang sempat tinggal di Krakow, salah satu kota kecil yang ada di Polandia. Keberadaan dia bersama keluarganya di sana telah menjadi cahaya terang bagi hidupnya dakwah Islam di negeri asal mantan Paus Benedictus tersebut.
Berawal dari niat untuk berdakwah dan menghidupkan aktivitas dakwah di Islamic Center yang ada di kota yang mereka tempati, Muslimah kelahiran Palembang yang lebih suka dipanggil Bidadari Azzam (nama penanya) bersama suaminya Abu Azzam (seorang profesional IT alumni ITB), secara rutin melakukan kajian-kajian keislaman sesama Muslim yang ada di kota itu.
Qadarallah, aktivitas keislaman mereka khususnya suaminya di Islamic Center Krakow, membuat suaminya dikenal oleh banyak orang tak terkecuali agen intelejen polisi yang ada di sana. Dengan semakin hidupnya aktivitas keislaman di Islamic Center membuat banyak warga asli Krakow khususnya kaum perempuannya penasaran untuk lebih mengetahui Islam lebih mendalam lagi.
Islamic Center yang cuma berbentuk apartemen kecil tersebut akhirnya mulai ramai sedikit demi sedikit oleh orang-orang yang ingin mengetahui tentang Islam lebih jauh. Sebagai sosok yang mengedepankan akhlak Islam, melihat banyaknya perempuan warga Krakow yang bertanya soal Islam, suaminya lebih memilih Bidadari Azzam untuk ‘mendidik’ para perempuan warga lokal tersebut.
Secara bertahap Bidadari Azzam menjelaskan tentang Islam kepada para perempuan lokal warga Krakow, beberapa dari mereka sudah tertarik Islam sejak lama hanya saja belum ada tempat bagi mereka untuk belajar ataupun bertanya. Selama lebih kurang tiga tahun, ada 15 orang perempuan warga lokal Krakow yang minta disyahadatkan oleh Bidadari Azzam.
Tentu sebuah prestasi yang sangat mengagumkan bisa mengislamkan orang sebanyak itu, yang seorang ustadz lulusan Timur Tengah pun belum tentu bisa melakukannya.
Sebagian besar sister yang telah masuk Islam saat ini telah menutup aurat dengan mengenakan jilbab hanya beberapa dari mereka yang belum siap berjilbab dikarenakan resistensi dari pihak keluarga.
Diakui oleh Bidadari Azzam – yang merupakan ibu dari tiga anak ini – bahwa dakwah di negeri orang yang penduduknya bukan Muslim tidaklah segampang di negeri sendiri yang penduduknya mayoritas Muslim. Kecurigaan banyak pihak menjadi tantangan sendiri bagi keluarga mereka, bahkan suaminya Abu Azzam pernah diinterogasi oleh dinas intelijen Polandia terkait aktivitas dakwahnya di Krakow. Tak terkecuali dirinya pun dipantau oleh aparat keamanan.
“Terkadang jika agak susah berkumpul sesama sister di Islamic Center, kita ngumpulnya di kafe. Namun anehnya dari satu polisi yang ada di tempat itu, tiba-tiba bisa bertambah hingga 10 polisi. Seperti mau mengawasi kegiatan kami,” ujar Bidadari Azzam kepada Islampos.
Tidak semua sister bisa menerima aktivitas mereka diawasi oleh aparat keamanan, ada juga yang merasa sedih karena merasa tidak berbuat salah kenapa harus diawasi sedemikian rupa. “Saya cuman bilang ke mereka bahwa hal itu bagian dari cobaan kita di sini, di belahan dunia yang lain, saudara-saudara kita kelaparan, perang dan sebagainya. Semua ujian ada kadarnya. Yang jelas kita tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum,” jelasnya.
Kini, setelah tiga tahun menetap di Krakow, Bidadari Azzam harus meninggalkan kota kecil penuh kenangan tersebut untuk ikut suaminya yang berpindah kerja ke wilayah Timur Tengah. Banyak warga Muslim Krakow yang menyayangkan kepindahan mereka, karena berkat kehadiran mereka meski tidak lama namun sudah membuat geliat dakwah di Krakow kembali hidup. Namun bagi Bidadari Azzam, dirinya yakin sepeninggal mereka nanti akan ada orang lain yang akan meneruskan kerja dakwah yang telah mereka rintis sebelumnya. Prinsipnya di mana bumi dipijak, di situ Dakwah berkembang. Wallahu a’lam (fq/islampos)
Minggu, 24 Maret 2013
Dalam 3 Tahun Muslimah Indonesia Ini Islamkan Belasan Warga Polandia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah Komentar di Artikal ini sobat !!!!!!!